wat do i do ? basically living my life...

Sabtu, 05 Juni 2010

WARNINGS : cerita2 di bawah ini adalah FIKSI. kesamaan nama tokoh, tempat, maupun detail2 kecil lainnya adalah MURNI KETIDAK SENGAJAAN. writing dis is actually one of my attempts to fulfill my passion for writing, have fun reading it and leave comment so i can improve myself...thx u ^^


Part I

Aku berdiri menatap malam. Angin semilir meniup rambutku, mengacaukan tatanannya sehingga aku terpaksa sebentar-sebentar merapikannya. Waktu berlalu. Aku tak yakin sudah berapa jam aku berdiri di sini…atau mungkinkah baru beberapa menit ? Yang jelas high heel yang khusus kubeli untuk acara ini membuat kakiku sakit. Aku lelah…dan tegang.

Aku tahu lelah ini bukan karena kakiku yang sakit, ataupun karena hari ini aku ada di kampus seharian. Jiwaku lah yang lelah, dan perihnya melebihi sakit di kakiku. Wow, I did say that…didn’t I ? What kind of melancholic b*tch he has turned me into ? jangan salah tangkap, tak ada yang salah dengan orang yang melankolis. It’s just that I was proud of my tough exterior. Need a very serious sh*t to peel it off. Itulah kenapa aku harus mengakhiri ini. Secepat mungkin.

Akhirnya dia pun datang. Looking good…damn good, seperti biasa. Darah sialan itu pun tanpa bisa dicegah mengaliri pipiku, membuat pipiku berwarna merah tomat. Why does he cause the same effect to me every time I see him ? it’s even getting worse overtime. Aku benci ketidak berdayaanku di hadapannya. Aku benci seringai tolol yang otomatis selalu terbentuk saat aku berbicara dengannya. Aku benci neurotransmitter otakku yang sering tiba-tiba konslet dan sulit untuk menemukan kata-kata cerdas. But above all else, I love him.

“hai.” Sapanya “udah lama nunggu ?”

“hmmm…hahaha…” “hmm…gak kok.” Kataku gagu.

“trus, mau ngomong apa ?”

“heh ? oh itu. Hahaha….hahaha…” aku makin gagu

“…”

Dia tahu. Aku menundukkan wajahku sedalam-dalamnya, seakan dengan begitu aku bisa menghilang dari sini. Namun tiba-tiba terpikir olehku “isn’t this what I want ?” untuk apa aku memanggilnya ke sini kalau aku tak ingin dia tahu ? Lalu aku pun tersenyum, pendek dan simpul. ketegangan ini telah mengacaukan otakku. Aku sudah tak peduli lagi. Que sera-sera…whatever will be, will be ! Dia tampak agak heran melihatku tersenyum sendiri, namun dia tidak mengatakan apa-apa. What a sweet guy, he must know how had this is for me.


“gak terasa ya…” kataku memecah keheningan. “gak terasa kamu udah mau pergi.”

Dia masih diam. Aku melanjutkan, “sebelum kamu pergi, aku pengen bilang sesuatu.”

“jujur, sebenernya aku juga bingung mau ngomong apa karna sebenernya intinya sama aja sama yang aku bilang waktu itu.” Suaraku mulai mengecil, aku tak mampu menatap matanya.

“aku cuma mau menegaskan…I still have the same feeling. And…I will be waiting for you.”


Suaraku kini menghilang sama sekali. Keberanianku lenyap sudah. Tanpa menunggu jawabannya aku pun mengambil langkah seribu, kabur dari tempat itu. Ajaibnya berlari dengan high heels tidak membuat kakiku patah. Aku tak menengok ke belakang, juga tak berharap dia mengejarku. Yang aku inginkan hanyalah kamar mandi yang tenang dan bathtub yang penuh air hangat, tempat aku bisa menangis tanpa ada yang tahu. The most important thing is I have said it...right ? There is no way I can let him leave without knowing my true feeling. But now…it’s done.



2 komentar:

Aku mengatakan...

I'm waiting for the next paaaart... :)

farhanajoni mengatakan...

me too
me too! :p